- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Sedang berlangsung kehidupan yang
telah digariskan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dari mulai diturunkannya manusia
sebagai pemimpin di bumi ini, manusia salalu menjadi raja bagi mereka yang
lemah.
Bagi mereka yang mengetahui sejarah
manusia pasti tau sekali siapa yang paling berpengaruh di dunia ini, yaitu
manusia. Oleh Tuhan, manusia dianggap sebagai orang yang memiliki derajat
paling tinggi di muka bumi ini. Didukung pula oleh firman Tuhan yang ada dalam
kitab-Nya.
Dari yang disampaikan Tuhan bahwa
manusia sebagai pemimpin dan orang yang dapat merawat alam semesta ini mulailah
tuntutan-tuntutan kecil tumbuh dari diri manusia itu sendiri seperti halnya,
manusia itu menuntut dirinya untuk menjadi pintar. Mulailah kemudian kepintaran
ini yang dijadikan manusia sebagai alat untuk dapat mengatur manusia yang lain.
Seiring berjalannya waktu,
kepintaran manusia ini dapat mencetuskan berbagai macam teori-teori kritis yang
kemudian dianggap sebagai perkembangan ilmu lain selain yang ada dalam
kitab-Nya. Mulai dari aspek, teoritis, metodologis, sampai pada hal yang berupa
praksis.
Lanjut seolah hal yang penting,
aspek-aspek tersebut berkembang sangat pesat yang kemudian jika ada sesorang
yang pandai dan lihai dalam menyampaikan kajian-kajian tersebut akan dianggap
sebagai seorang yang sangat “keren” atau “mutakhir”. Namun terkadang dalam
mengkaji dari berbagai hal tersebut pasti diantara ketiganya ada yang
tertinggal. Ini yang membuat ssebagai orang menjadi seorang yang hanya dapat
berfikir tanpa ada bukti real bagi kehidupan bermasyarakat.
Kalimat-kalimat yang disampaikan dan dikembangkan oleh pakar ilmu itu sejatinya
tidak hanya untuk orang-orang yang hanya gemar membaca kemudian hanya
tidur-tiduran setelahnya. Mereka menginginkan, karena pada saat itu mereka
tidak dapat berbuat banyak karena adanya tekanan dari seorang yang lebih
memiliki posisi strategis – jabatan yang lebih tinggi – maka harapannya
orang-orang setelahnya dapat mengimplikasikan perkembangan pengetahuan yang
mereka sampaikan.
Bayangkan saja jika apa yang
disampaikan Tan Malaka dalam upayanya meraih kemerdekaan Indonesia secara utuh
tanpa ada bantuan dari kolini sebenarnya hampir terwujud jika seluruh orang
yang mengkaji dan memahami “bagaimana kolonialisme dan imperialisme terjadi di
Indoenesia?” tidak hanya mengkaji dari segi teoritisnya saja. Tidak hanya
menjadi keinginan yang utopis dan hanya terbayang dalam pikiran.
Mereka yang paham dan mengetahui
isme-isme yang ada disebelah kiri terkadang terjebak pada suatu ranah teoritis
saja. Apa yang di sampaikan oleh tokoh-tokoh revolusioner bagi penulis tidak
ada yang utopis jika dalam memposisikannya tepat. Seperti salah satu “isme”
ini, sosialisme. Pada saat itu sosialisme ini berdiri dipimpin oleh orang-orang
seperti, Francois Babeuf, Fillipo Buonaroti, dan Louis Auguste Blanqui (Eko
Supriyadi: 2003). Awal berdirinya sosialisme ini ketika di Perancis terjadi
konflik antara kaum pemilik modal (bourgeoisie) dengan kelas pekerja
industri. Mulai saat itulah kemudian sekte sosialisme muncul untuk meredam atau
menengahi konflik antara keduanya. Kemudian dari para pemikir sosialisme ini
seperti Comte de Saint-Simon, Charles Fourier dan lainnya mengaharapkan adanya
konsepsi manyarakat yang ideal dan segala bentuk kejahatan ekonomi, politik dan
sosial dapat dilenyapkan dari nagara tersebut.
Memang terlihat suatu hal yang
mustahil bagi kalangan orang realisme, akan tetapi konsepsi yang ideal ini
tidak memungkinkan terjadi di suatu daerah tertentu sebagai benih pertama dari
bentuk konsep ideal sosialisme. Bagi Plato alam bukunya “Republic” menciptakan
suatu ide atau konsep ideal bukan suatu hal yang “utopis”. Menciptakan
masyarakat dengan tatanan kehidupan sosial, ekonomi dan politik yang ideal
dapat dimulai dari membentuk masyarakat yang kooperatif di daerah tertentu
sebagai pionir terciptanya masyarakat ideal yang lebih besar.
Namun, akan berbanding terbalik
jika sampaikan kalimat di atas hanya menjadi kajian semata. Otak hanya menjadi
sebuah penjara bagi ide-ide kreatif manuisa untuk bergerak menuju kehidupan
yang lebih baik. Bagi penulis hal ini adalah bencana besar bagi umat manusia.
Seperti yang pernah penulis dengar dalam sebuah diskusi yang diadakan oleh
sekelompok pemikir, salah seorang peserta diskusi mengatakan, Martin Luther
King pernah berkata “jika seseorang semakin tahu banyak tentang banyak hal,
maka akan semakin sedikit gerakan yang akan diperbuatnya”. Memang benar apa
yang dikatakan Martin Luther King, manusia yang lebih banyak tahu akan lebih
mengetahui konsekuensi dan sebab akibat dari apa yang dia lakukan.
Maka tidaklah hanya memburu kata “isme-isme” dalam
kerangka kajian teori. Bagi penulis yang lebih penting adalah mengoranisir
segala macam bentuk masyarakat untuk dapat mewujudkan tatanan masyarakat yang
ideal, tanpa ada bentuk kejahatan ekonomi, politik atau sosial. Tidak hanya
sekedar membaca kemudian tidur, namun membuatnya menjadi bentuk yang nyata dan
terlihat. Itulah revolusi.
Komentar
Posting Komentar